Kamis, 05 Agustus 2010

syech wasil pensyiar agama islam kediri

Syekh Wasil Pembawa Islam di Kediri

Kediri,
Wisata religi di Kediri, beberapa tahun belakangan ini marak bermunculan. Salah satunya adalah wisata sejarah Syekh Wasil, yang makamnya di belakang masjid Aulia, Setonogedong, Jalan Dhoho. Meskipun, sejarah tentang Syekh Wasil sendiri masih simpangsiur. Sejauh ini, belum ada catatan sejarah yang ditemukan secara utuh, tentang sejarah perjalanan hidup Syekh Wasil.

Tetapi para sejarawan meyakini bahwa Syekh Wasil merupakan tokoh penyebaran Islam yang terkenal di Jawa Timur, khususnya di Kediri pada zamannya, sekitar abad 12 M. Salah satu sejarawan yang memastikan bahwa Syekh Wasil adalah ulama atau imam besar pada sekitar abad ke-12 M adalah Prof Dr Habib Mustopho, Guru Besar Sejarah Universitas Negeri Malang (UM), yang melakukan penelitian tentang syech Wasil dengan basis data historis dan arkeologis.

Kesimpulan itu antara lain diperoleh dari prasasti berhuruf Jawa Kuno atau epigraf, yang terdapat di makam Syekh Wasil. Sayang sekali, bagian terakhir dari kalimat prasasti itu sudah terhapus oleh ulah tangan-tangan jahil. Akibatnya, kalimat pada sekian baris terakhir yang di antaranya menyebut tanggal dan tahun kematian Syekh Wasil, tidak bisa terbaca dengan baik. Padahal, prasasti itu sangat dibutuhkan.

Nama asli Syekh Wasil sampai sekarang belum ada kejelasan. Tetapi, seperti diwartakan masyarakat secara turun temurun menyebut beliau dengan nama Sulaiman Al-Wasil Syamsudin. Meski demikian, nama ini diduga merupakan nama panggilan yang berasal dari kesepakatan masyarakat, bukan nama aslinya.

Nama Al-Wasil berarti pengajar atau guru, diduga berasal dari sebutan masyarakat. Kata "Al-Wasil" terdapat dalam epigraf di makam tokoh tersebut. Sedangkan nama Syamsudin tercantum dalam sebuah sumber tertulis yang disimpan di Museum Pusat Jakarta.

Dari teks itu juga diketahui Maulana Ali Syamsudin membahas kitab musyarar atas permintaan Joyoboyo, Raja Kediri waktu itu. Namun setelah membahas kitab musyarar itu, Maulana Ali Syamsudin dikabarkan mukswa atau tiba-tiba hilang tanpa bekas. Hal serupa, terjadi dengan cerita Jayabaya yang mukswa, yang sekarang peninggalannya berada di Desa Menang, Kecamatan Pagu.

Ada yang menduga, Syekh Wasil merupakan wali asal Persia, orang pertama yang membawa agama Islam ke Kediri. Masa hidup syech Wasil setara dengan hidup pujangga Jawa ternama, Prabu Joyoboyo, yang petilasannya berada di Pamenang, Kediri,dan berarti masa hidup syech wasil lebih dahulu daripada masa wali songo.

Dua orang itu, meskipun mempunyai ajaran yang berbeda, Prabu Joyoboyo beragama Hindu dan Syekh Wasil bergama Islam, tetapi mereka bersahabat dan saling komunikasi, tidak saling berbenturan.

Bagi masyarakat sendiri, mereka adalah tokoh yang tidak bisa dilupakan. Sehingga selama ini mendapat perlakuan istimewa tidak hanya dari warga Kediri, tapi juga dari seluruh penjuru dunia. Mereka dianggap bagian dari sesepuh Kediri. (dar)
Tetapi menurut cerita dari masyarakat secara turun temurun prabu jayabaya pada akhirnya memeluk agama islam mengikuti syech wasil
Dan menurut ulama’ Kediri bahwa di area makam syech wasil terdapat 41 makam wali, salah satu diantaranya : sunan bagus,sunan Kabul bakhul,sunan demang,amangkurat II,dan situs makam lainnya yang dapat anda buktikan sendiri.
Disbelah selatan area makam syech wasil kira – kira 300 meter terdapat makam auliya’ sunan gunung sari, memang area makam ini belum begitu ramai dikunjungi oleh masyarakat dikarenakan tempatnya yang agak tersembunyi diantara bangunan yang padat, tetapi bagi orang yang gemar untuk ziaroh makam auliya’ makam tersebut tidaklah asing lagi karena menurut cerita dari kebanyakan ulama’ Kediri bahwa syech ihsan bin syech dahlan al-jampesy ulama’ sufi kaya raya tersebut sebelum pergi untuk menjalankan bisnis berjualan kuda terlebih dahulu bertawassaul ke makam sunan gunung sari, dan cerita ini dikuatkan oleh juru kunci makam syech wasil bahwa sunan gunung sari merupakan salah satu guru atau santri dari syech wasil( masih ada perdebatan antara guru atau santri dari syech wasil )
KH. IHSAN MUHAMMAD BIN SYECH DAHLAN ( ULAMA PENULIS ASAL JAMPES KEDIRI )

Yang saya tahu Kh.Ihsan Muhammad yang masyhur dengan nama Syech Ihsan bin syech dahlan al-jampesy satu satunya Ulama yang mengarang dan menulis Kitab tentang kopi dan rokok . Kitab Asli yang berjudul “Irsyadu Al ikhwan Fi bayani al hukmu Al Qohwa wad Dukhon ” mengupas tentang kopi dan rokok dari mulai sejarah munculnya Kopi dan rokok sampai hukum mengkomsumsi keduanya.
Ulama asal kediri yang buah karyanya diakui ulama – ulama internasional sebut saja kitab yang saat ini di bajak oleh penerbit Darul Imayah Beirut berjudul” Sirajut Thalibin” , Kitab tersebut kini banyak beredar di Indonesia namun entah salah cetak atau sengaja dicantumkan pengarang tersebut Syech Zaini dahlan padahal harusnya adalah Syech Ihsan Muhammad Dahlan dari Jempes kediri. Saya tidak habis pikir Penerbit Darul Imayah di Beirut merupakan perusahaan penerbitan yang telah masyhur bisa salah cetak dan menurut saya ada unsur kesengajaan untuk membajak buah karya ulama Kediri tersebut , karena kata pengantar /Taqridah dari KH.Hasyim Asy’ari dalam kitab asli tersebut di buang dan di ganti dengan Biografi Syech Zaini Dahlan ( ulama timur tengah ).

Kitab Sirajut Thalibin adalah syarah atau penjabaran dari kitab Minhajul Abidin karya Imam Ghazali. Sirajut Thalibin ini sempat mendapatkan pujian luas dari ulama Timur Tengah dan kini menjadi referensi utama para mahasiswa di Mesir dan negara-negara Timur Tengah yang lain , kitab ini juga dikaji di beberapa majelis taklim kaum muslimin di Afrika dan Amerika. Siapa sebetulnya Syech Ihsan Jampes tersebut??
KH.Ihsan Dahlan Jampes adalah Putra dari seorang ulama yang sejak kecil tinggal dilingkungan Pesantren terkenal nakal, orang memanggil dengan sebutan “Bakri” lahir sekitar tahun 1901 di desa putih – Gampeng Rejo ( biasa disebut Jampes) Kabupaten Kediri jawa timur. Ayahnya bernama syech Kh.Dahlan . Kegeramaran Syech Ihsan remaja adalah nonton wayang sambil ditemani kopi dan rokok dan yang membuat khawatir keluarganya adalah kegemaran bermain judi. Bakri julukan Syech ihsan kecil sangat mahir bermain judi , sudah beberapa kali ayahnya menasehatinya agar berhenti melakukan perbuatan buruk tersebut , namun kebiasaan putranya tersebut belum juga berubah masih saja gemar bermain Judi . hingga suatu hari Nenek ( Nyai Isti’anah ) Bakri mengajaknya berziarah ke makam seorang ulama bernama Kh Yahuda nglorog pacitan yang juga masih ada hubungan kerabat dengan ayahnya( turun ke lima dari syech ihsan ), disana nyai isti’anah bermunajat kepada Alloh agar putranya sadar dan insyaf dan memohon kepada alloh kalau saja putranya masih saja seperti itu agar di beri umur pendek agar tidak membawa mudharat bagi umat. Selepas ziarah tersebut suatu malam Syech Ihsan bermimpi di datangi oleh seorang berwujud kakek ( syech kh.yahuda )sedang membawa sebuah batu yang sangat besar yang siap di lemparkan ke kepala Syech Ihsan sambil berkata ” Hai cucu ku kalau engkau tidak menghentikan kebiasaan burukmu yang suka berjudi, aku akan lemparkan Batu besar ini ke pala mu” kata Kakek tersebut. ” Apa hubungannya kakek dengan ku..? mau berhenti atau terus bukan urusan kakek ” Timpal Syech Ihsan. Tiba tiba Sang kakek tersebut melempar batu besar tersebut ke kepala Syech Ihsan….hingga pecah kepalanya…Saat itu Syech Ihsan terbangun dari tidurnnya sambil mulutnya mengucapkan istighfar”‘ Astaghfirlulloh…..apa yang sedang terjadi kepadaku….Ya Alloh….ampuni dosaku….. Sejak saat itu Syech Ihsan menghentikan kebiasaannya bermain judi dan mulai gemar menimba ilmu dari satu pesantren ke pesantren lainnya di pulau Jawa . Mengambil berkah dan restu dari para ulama ulama di jawa seperti Kh.Saleh darat, Kh.Hasyim Asyari dan Kh Muhammad Kholil Madura.
Setelah sekian lama melakukan pengembaraan dalam menuntut ilmu sekitah tahun 1932 Syech Ihsan mulai menetap dan mengajar . Hari hari beliau gunakan untuk mengajar dan menulis Kitab sambil di temani Kopi dan rokok yang menjadi ciri khasnya, begitu banyak karya karya beliau yang di akui oleh para ulama ulama nusantara dan internasional, KItab Siraj al-Thalibin, yang ditulis sekitar 1932-33 sebagai syarah atas karya Al-Ghazali, yang sangat dalam membahas persoalan-persoalan tasawuf dan kitab tersebut dibuat kata pengantar langsung dari Kh.Hasyim Asyari tebuireng Jombang . Model thasawuf yang di bahas dalam kitab tersebut menawarkan Konsep Thawasuf masa kini Misalnya ajaran tentang konsep uzlah yang secara umum diartikan sebagai pengasingan diri dalam kesunyian duniawi, oleh Syekh Ihsan dalam kitab tersebut dimaknai sebagai pengasingan diri dalam kehidupan bersama masyarakat yang majemuk. Uzlah bukan lagi menyepi, tapi bagaimana hidup dalam masyarakat majemuk. Inilah yang disebut sebagai tasawuf hadzaz zaman (tasawuf zaman ini) . KOnsef zuhud diartikan sebagai tapa dunia atau menghindari harta benda. Syekh Ihsan mengajarkan bahwa orang yang zuhud sebenarnya adalah mereka yang dikejar harta, namun tak merasa memiliki harta itu sama sekali.
”Jadi zuhud adalah tapa dunia tapi malah kaya. Nah kalau sudah kaya lantas mencari jalan yang terbaik dalam menafkahkan hartanya itu. Inilah ajaran Sirajut Thalibin. Bahkan Syech Ihsan sendiri adalah Ulama yang kaya raya,”,satu lagi kitab yang belum lama ini di louncing yang berjudul “MANAHIJUL IMDAD” salah satu karangan syech ihsan yang luar biasa mengupas hal ihwal tentang disiplin ilmu tasawwauf dan kitab tersebut selesai dikarang syech ihsan kurang lebih hanya tiga tahun dan diselesaikan sambil nonton bioskob di daerah bethek Kediri.
Satu lagi pelajaran dari Sirajut Thalibin adalah soal syukur, atau berterimakasih atas semua karunia dari Allah SWT. Kata Syekh Ihsan dalam juz dua kitab Sirajut Thalibin, doa yang paling tinggi adalah kalimat Al-Hamdulillah, segala puji bagi Allah. Tebalnya Kitab tersebut nyaris seribu halaman, dibagi dalam dua juz.

Sebelumnya, pada 1930 Syech Ihsan sudah menulis sebuah kitab di bidang Ilmu Falak berjudul Tashrih al-Ibarat yang merupakan syarah atas Natijat al-Miqat karya KH Ahmad Dahlan Semarang. Karya lainnya yang unik adalah Kitab “Irsyadu Al ikhwan Fi bayani al hukmu Al Qohwa wad Dukhon ” terinspirasi karena kegeramarannya Syech Ihsan yang suka Kopi dengan Rokok. Walaupun Syech Ihsan tidak pernah belajar di Mekkah namun kemampuan bahasa Arab dan keterampilannya dalam menulis kitab berbahasa Arab sangat luar biasa dan ada sebuah karya Syech Ihsan yang menjadi manuskrip yang tersimpan di Perpustakaan Kairoh selama bertahun tahun berjudul ” Manahijul Imdad” merupakan syarah (komentar) dari kitab Irsyadul Ibad (petunjuk bagi para hamba) karya Syekh Zainuddin Malibari ( lombok ) . Kitab setebal 118 halaman itu diulas kembali oleh Syech Ihsan dalam kitab setebal 1050 halaman yang terdiri dari dua juz. Kitab ini berada dalam jalur kajian fikih namun berbeda dengan kitab fikih formal lainnya sebab lebih condong ke ajaran tasawuf dan pada bab-bab tertentu banyak menunjukkan fadhilah-fadhilah (keutamaan) melakukan ibadah. Manuskrip kitab yang tersimpan di perpustakaan Kairo akhirnya di minta oleh pihak keluarga dan diterbitkan oleh salah seorang murid beliau yang tinggal di semarang.
Pada tanggal 15 September 1952 Syech Ihsan Dahlan dipanggil oleh Alloh swt dengan meninggalkan karya karya tulis dan kitab yang saat ini menjadi rujukan para ulama ulama baik nusantara maupun internasional.

Rabu, 28 Juli 2010

sekilas yamisda surabaya

sekilas yamisda

Melihat kondisi pada peralihan peradaban yang sudah jauh dari koridor Agama Islam yang berangsur bergeser pada kehidupan yang bernuansa kapitalis yang dimotori blog barat, maka para masyayih yang peduli tentang moralitas bangsa membuat trobosan yang mengarah pada pendidikan pendekatan kepada sang kholiq yang selanjutnya diberi nama Istighotsah Yamisda Al-ihsan yang berpusat di pondok pesantren salafiyah "AL-IHSAN JAMPES KEDIRI"yang disauh oleh KH.Abdul Malik Ihsan Al-Jampesy salah satu putra dari hadaratus syeikh KH. Ihsan Bin Syeikh Dahlan al-jampesy dan merupakan ulama' Nasional Berkaliber dunia dengan karangan Kitab beliau salah satunya adalah kitab tasawwuf Sirojuttolibin,Syeikh KH. Abdul Malik Ihsan merupakan Tokoh panutan para ulama' dijamannya, terutama di daerah kediri dan hal itu mendorong beliau untuk membuat terobosan baru dalam mengembalikan peradaban dunia dengan cara mempersatukan umat untuk bermunajat kepada Alllah berupa istigotsah yamisda al-ihsan jampes.

MENGENAI YAMISDA
Yamisda merupakan kepanjangan dari singkatan :
1. YA : KH.YAHUDA NOGOSARI PACITAN
2. MIS: KH.ABDUL MAHSIR ( MBAH MESIR ) DURENAN TRENGGALEK
3. DA : KH.DAHLAN AL-JAMPESY JAMPES GAMPENG REJO KEDIRI
4. AL-IHSAN : KH. IHSAN BIN DAHLAN JAMPES GAMPENG REJO KEDIRI

Keempat tokoh waliyulllah legendaris tersebut merupakan simbol penting dari istighotsah YAMISDA AL- IHSAN JAMPES yang langsung mendapat izin dari shokhibul ijazah Syeikh KH. Abdul Malik Ihsan.